Senin, 30 Januari 2012

Agus Purwanto - Reporter Yang Jadi Keberuntungan Persib

Agus Purwanto SEJARAH tersimpan dibalik ruang siaran Radio Republik Indonesia (RRI). Di masa perjuangan, RRI jadi salah satu alat perjuangan bangsa Indonesia yang tak terpisahkan.
Tidak hanya jadi bagian dari lintasan dan potret sejarah bangsa Indonesia. RRI pun jadi bagian dari sejarah perjalanan Negara di bidang olahraga, khususnya sepak bola.Termasuk bagi Persib Bandung, diantarabobotoh yang sudah mengikuti perkembangan dan menaruh fanatisme tinggi terhadap Maung Bandung sejak era Perserikatan, RRI tepatnya RRI Bandung adalah sebuah lembaga media di dunia broadcasting yang tentu saja sudah tidak asing lagi.
Sejak erab Perserikatan RRI Bandung selalu mengudara untuk menyiarkan langsung laporan pandangan mata setiap laga Persib Bandung baik di kandang maupun saat tandang.
Pesatnya perkembangan dunia komunikasi, khususnya media tak menenggelamkan eksistensi RRI. Tidak mengherankan, channel RRI selalu di cari ketika pertandingan Persib tidak disiarkan via layar televisi, RRI pun menjadi alternatif utama.
Terlepas dari itu semua, tidak banyak orang yang mengetahui siapa di balik suara reporter acara siaran langsung pandangan mata yang disajikan RRI. Ada sejumlah nama yang selama ini sudah tidak asing lagi di telinga pendengar setia RRI Bandung, khususnya bobotoh diantaranya Didi Mainaky, Pujo Hastowo dan Agus Purwanto jadi tiga figue di balik suara ekpresif yang selalu didengar oleh jutaan pecinta Persib.
Persibholic.com berkesempatan berbincang langsung dengan salah seorang di antara tiga penyiar RRI yang biasa menyiarkan langsung pertandingan Persib. Dia adalah Agus Purwanto, pria yang biasa di sapa Mang Agus ini memulai karier dan profesinya di RRI pada tahun 1991 silam sebagai reporter sekaligus redaktur di bidang pendidikan.
Setelah enam tahun berjalan, sekitar tahun 1997, dirinya diminta dan ditempatkan meliput di desk olahraga. Hingga akhirnya, Agus pun menjadi reporter khusus menyiarkan setiap pertandingan Persib, secara bergantian dengan rekannya, Pujo dan Didi.
"Tahun 1991 saya masuk RRI dan menjadi redaktur di bidang pendidikan. Tapi, di situ saya sedikit-sedikit belajar untuk menjadi reporter sepakbola. Tahun 1997 saya mulai di tempatkan meliput olahraga. Karena di olahraga ada senior saya Didi dan Pujo, saya semakin tertarik untuk menjadi reporter sepakbola, khususnya Persib. Akhirnya, bisa sampai siaran untuk Persib pun saat Liga Indonesia pertama tahun 95 sampai sekarang ini," ujar Agus kepada persibholic.combeberapa waktu lalu.
Untuk menjadi seorang penyiar acara siaran langsung pandangan mata pertandingan Persib, bukan hal yang mudah bagi seorang Agus. Butuh proses belajar dan adaptasi untuk berbicara fasih sampai akhirnya benar-benar bisa sangat lancar dalam penyiaran.
"Untuk bisa menyiarkan dengan baik, awalnya saya belajar pada saat ada pertandingan. Di situ saya ngomong sendiri, dan belajar menggambarkan posisi pemain dan bola seperti apa. Dan itu sangat sulit. Makanya saya terus berlatih. Karena, menyiarkan pertandingan sepakbola harus menggambarkan posisi bola dan pemainnya dan bisa membawa pendengar membayangkan setiap kejadian di lapangan," tuturnya.
Meskipun, kerap menghadapi kesulitan dalam setiap siaran langsung yang dipandunya, pria berusia 44 tahun ini selalu menjalaninya dengan sepenuh hati. Karena, dirinya sangat senang dan hobi dengan dunia sepakbola.
Baginya selama dijalani dengan rasa suka, ia akan merasakan kenikmatan dalam bekerja. Namun, yang menjadikan dirinya kerap kehilangan semangat dalam siaran adalah saat Maung Bandungmengalami kekalahan karena Agus merasa mempunyai ikatan dengan tim kebanggaan warga Jawa Barat itu.
"Semuanya saya jalani dengan hati dan atas kecintaan kepada Persib. Dibandingkan dengan materi yang didapat memang tidak seberapa, tapi itu tidak jadi masalah. Karena, saya bekerja memakai hati," tambahnya sambil menikmati secangkir kopi di sela perbincangannya.
Hal yang menjadi kendala dalam setiap siarannya, dirinya harus benar-benar mencari tempat yang lebih enak untuk menjangkau seluruh lapangan dan bisa menggambarkan pertandingan dengan jelas.
Apalagi, saat jaringan telepon yang kurang bagus pun membuat dirinya sedikit kesulitan saat siaran. Otomatis, posisi untuk berpindah-pindah tempat harus di lakukan untuk mencari sinyal yang bagus.
Di samping sinyal telepon yang kerap menjadi kendala, Agus pun sebelumnya harus bisa menghafal nama pemain lawan, tanggal lahirnya, dan klub sebelumnya dimana.
Apalagi saat Persib bertanding melawan klub asal Papua. Karena menurutnya, nama-nama pemain Papua sangat sulit untuk disebutkan, dan mengharuskan Agus harus menghafal betul sebelum pertandingan.
Sepanjang kariernya sebagai seorang penyiar selama 16 tahun lebih, Agus sudah merasakan banyak hal-hal unik dan kesenangan yang sebelumnya tidak ia dapat.
"Pengalaman menjadi seorang penyiar, saya bisa merasakan keliling Indonesia saat Persib menjalani laga tandang meski itu dilakukan secara bergantian dengan rekan saya Pujo dan Didi . Saya pun bisa mengenal para pemain dan seluruh jajaran pengurus," papar Agus.
"Dan yang terpenting, dalam setiap siaran di tandang, saya harus bisa menyiarkan secara netral dan tidak berpihak kepada salah satu klub. Meski secara hati, tetap untuk Persib," tandas pria kelahiran Bandung 31 Agustus 1967 yang dikenal cukup ramah tersebut kepada persibholic.com.
Ada satu keunikan lain yang sebetulnya kurang disadari Mang Agus. Di kalangan wartawan peliput Persib sempat muncul celoteh setiap Persib menjalani laga tandang dan yang menjadi penyiar atau reporter RRI Bandung adalah dirinya, maka Persib sering terhindar dari kekalahan.
‘Mitos’ itu dibuktikan Mang Agus ketika Persib dua kali meraih hasil imbang dalam laga tandang musim ini saat menahan imbang tuan rumah Deltras Sidoarjo 0-0 dan Persidafon Dafonsoro 2-2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar